Dalam landasan ekonomi yang didasarkan pada pemberdayaan teknologi baru, gagasan destruksi kreatif Joseph Schumpeter sangatlah relevan dalam mengatasi problema aktual di masa kini maupun masa mendatang.
Pemberdayaan teknologi baru bahkan dapat merubah perilaku masyarakat dalam melakukan aktifitas sehari hari.
Dengan sendirinya pemberdayaan teknologi baru dapat merubah pola perekonomian, sosial dan budaya masyarakat menuju bentuk bentuk yang tidak terpikirkan sebelumnya.
Melalui perubahan perubahan tersebut manusia telah memasuki perubahan budaya dimulai dari budaya agraris menuju budaya industrialis bermula dari ditemukannya mesin uap.
Selanjutnya dengan perkembangan dibidang elektronika dan otomatisasi, manusia dibawa menuju perubahan budaya yang berlandaskan pada industrialisasi modern.
Demikian juga halnya dengan perkembangan dalam teknologi informasi. Dengan adanya kemajuan dalam teknologi informasi dan komunikasi, budaya baru yang mengandalkan aliran informasi mulai menggantikan pola pola industrialisasi.
Dengan sendirinya model bisnis yang sedang berjalan mau tidak mau harus mengubah diri karena mata rantai pasokan (supply chain) industri telah bergeser dengan dipotongnya jalur jalur intermediasi pasar seperti distributor dan agen.
Penggunaan teknologi informasi dan komunikasi bahkan telah memungkinkan untuk melakukan pekerjaan 24 jam terus menerus tanpa hentinya dengan penyebaran aktifitas kerja pada lokasi geografis yang berbeda.
Namun, sebuah kondisi yang pasti terjadi dengan adanya inovasi dan perubahan teknologi adalah adanya pihak pihak yang akan lumpuh menghadapi perilaku aktifitas yang sangat berbeda dari perilaku yang telah berjalan.
Perubahan inilah yang dimaksud oleh Joseph Schumpeter sebagai destruksi kreatif.
Perubahan pola industrialisasi menuju era informasi telah nampak dengan mulai lunturnya budaya “berpindah tempat” dalam melakukan aktifitas ekonomi maupun produksi.
Karenanya, menerapkan budaya “tidak berpindah tempat” untuk aktifitas yang dapat dilakukan tanpa perlunya moda transportasi merupakan gagasan yang dapat dijadikan solusi untuk menekan kemacetan.
Bahkan melalui pengunaan media teknologi informasi dan komunikasi sebuah perusahaan swasta asing di Jakarta telah menerapkan praktek bekerja dari rumah untuk para karyawannya dalam menjalankan sebagian dari aktifitas aktifitas perusahaan.
Kemajuan teknologi informasi dan komunikasi untuk menjembatani pertemuan antar individu tanpa berpindah tempat dilakukan oleh perusahaan tersebut melalui media call maupun video conferencing.
Piranti keras maupun lunak untuk melakukan kedua aktifitas tersebut bahkan sudah tersedia dengan harga yang sangat terjangkau.
Melihat permasalahan busway dari sisi inovatif melalui paradigma yang berbeda melalui kacamata teknologi informasi dan komunikasi alih alih berpaku dalam moda transportasi, justru akan menimbulkan dampak yang lebih produktif dan kompetitif.
Pertama, para pelaku di sektor telekomunikasi dan jaringan informasi akan dirangsang untuk berkompetisi dalam menyediakan jasa dengan harga yang jauh lebih terjangkau sejalan dengan tumbuhnya permintaan untuk penyediaan jasa dial up maupun broadband internet.
Disamping itu, harga tarif operator seluler yang selama dikeluhkan tinggi beserta praktek fixed pricing oleh operator tertentu, akan turun dengan tingginya waktu bicara dan bertambahnya pelanggan seluler untuk melakukan aktifitas yang produktif.
Kompetisi antara operator seluler dan fixed line akan kembali tumbuh dan hal ini justru akan menguntungkan konsumen untuk mendapatkan pilihan layanan yang lebih baik.
Kedua, dengan turunnya harga untuk mendapatkan akses informasi, masyarakat akan dipicu untuk memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi baik untuk aktifitas produksi maupun untuk aktifitas lain yang dapat memberikan nilai tambah secara ekonomis.
Budaya self entrepreneurship melalui penggunaan media berbasiskan teknologi informasi elektronik akan berkembang sehingga tercipta sektor industri baru.
Hal ini telah dibuktikan oleh seorang pengusaha muda dari Bandung dengan menjalankan usahanya dengan menggunakan e-commerce. Demikian juga di Bali dengan sebuah perusahaan yang menawarkan jasa reservasi secara on-line.
Ketiga, sejalan dengan ketidak pastian pasokan minyak dunia yang menyebabkan fluktuasi harga minyak yang diperkirakan mendekati 100 dolar per barel, penerapan aktifitas tanpa penggunaan moda transportasi akan menekan pengunaan energi baik untuk konsumsi industri maupun pribadi.
Disamping itu melakukan aktifitas tanpa berpindah tempat seperti praktek bekerja di rumah justru akan meningkatkan produktifitas, mengurangi beban psikis karyawan serta menjaga keseimbangan hidup.
Tentunya hal ini akan berdampak pada lumpuhnya mata rantai industri otomotif, bahan bakar, suku cadang, asesoris kendaraan dan lainnya.
Penerimaan secara besar besaran pada sektor ini akan jatuh mengingat perkiraan akan masih banyaknya ketergantungan pada penggunaan kendaraan pribadi.
Namun justru disinilah gagasan destruksi kreatif itu. Industri industri yang sedang berjalan akan dipaksa berubah kalau tidak ingin lumpuh dalam menghadapi industri industri baru yang menawarkan perilaku ekonomi, sosial dan budaya baru.
Kalau demikian, sangatlah absurd jika kita masih terjebak dalam retorika transportasi busway dan tidak memikirkan gagasan gagasan yang lebih inovatif untuk menyelesaikan masalah kemacetan.